Ekploitasi
Masyarakat Tradisional (Petani)
Petani non mitra,
di mana mereka tidak memiliki kemampuan untuk menghasilkan komoditas secara
banyak karena keterbatasan lahan dan harga yang cenderung dibeli murah oleh
pengepul.
 |
Eksploitasi petani |
Eksploitasi terhadap
Masyarakat Tradisional bukan hanya terjadi di era penjajahan saja, namun
sebenarnya pada era-era sekarang ini juga terjadi, karena keadaan pula
kesadaran kita dalam hal itu sangat rendah karena sesungguhnya masyarakat sendiri tidak
menyadari jika yang terjadi pada mereka adalah praktik eksploitasi dari pihak
penguasa. Dalam konteks ini disebutkan penguasa karena pada dasarnya
kecenderungan masyarakat tradisional tunduk terhadap apa yang mereka anggap
memiliki kemampuan menindas mereka, entah itu dengan perangkat wewenang,
undang-undang, atau karena hierarki.
Eksploitasi pada
era-era penjajahan, dalam bentuk pengurasan tenaga miliki para rakyat pribumi,
di mana para penjajah menginginkan tenaga dari pribumi yang dihargai murah untuk
kepentingan kekuasaan, dan pembangunan. Jika kita referensi dari masa kelam
atau sejarah, pembeliaan tenaga oleh penguasa guna menciptakan tatanan
kekuasaan dan kehidupan baru tergolong dalam penjajahan, artinya eksploitasi
seperti tersebut menunjukkan bahwa rendahnya nila kemanusiaan dan robohnya
kebebasan manusia. Saya meneyebut kebebasan manusia karena secara etika mereka
sudah merampas hak yang dimiliki setiap manusia dalam bentuk eksploitasi
tenaga.
Eksploitasi itu
terjadi kepada mereka yang tergolong miskin, artinya penguasa memanfaatkan
kebutuhan masyarakat miskin untuk menekan eksploitasi secara berkelanjutan.
Karena pada dasarnya kebutuhan pokok harus dipenuhi setiap hari oleh masyarakat
miskin maka mau tidak mau akan mengikuti sistem keberlanjutan eksploitasi
penguasa tersebut. Selanjutnya, karena sudah masuk dalam sistem keberlanjutan
maka yang terjadi pada masyarakat tersebut adalah menganggap eksploitasi
sebagai bentuk hubungan kerjasama yang sesungguhnya sangat merugikan masyarakat
secara jangka panjang. Bahkan, sampai pada era-era sekarang pun masyarakat yang
sudah tidak asing dengan praktik semacam itu menganggapnya sebagai hubungan
kerja sama saja, dan apabila mereka menuntut kesesuaian mereka akan dialihkan
dengan problem jenjang pendidikan mereka, perkembangan ekonomi sekitar yang
sesunguhnya ini akan menjadi keterpurukkan masyarakat dalam jangka panjang
juga.
Selanjutnya,
keterpurukkan yang disebabkan oleh masa lalu masyarakat itu berlangsung terus menerus dalam versi dan
kemasan yang berbeda. Karena dibentuk atas dasar eksploitasi yang berkelanjutan
keterpurukkan itupun seharusnya bukan hanya menjadi perhatian tetapi bagaimana sebibisa
mungkin kita menciptakan kesejahteraan yang sepatutnya didapatkan oleh
masyarakat yang saya sebutkan tadi. Untuk mengambarkan tentang eksploitasi
tersebut, berikut saya kategorikan menjadi beberapa bagian, namun kali ini tertuju
pada pertanian.
Masyarakat dengan sumber penghasilan utama dari pertanian.
Masyarakat dengan hasil pertaniannya
khususnya di pedesaan belum bisa menjadi tumpuan utama bagi masyarakat dalam
memenuhi kebutuhan pokok hariannya. Dengan sumber penghasilan dari pertanian
maka yang terjadi pada masyarakat ini adalah memaksakan pengaturan konsumsi
pokok seketat mungkin. Belum lagi terkena beban pajak yang sesungguhnya itu justru
menggambarkan betapa keantusiasan masyarakat di bidang pertanian pedesaan dalam
upaya taat pada regulasi kepemilikan lahan, namun bagaimana dengan petani yang
tidak memiliki lahan tetapi ketika mereka menyewa lahan milik perhutani
menanggung beban pajak lebih besar daripada kepemilikan sendiri.
Monopoli panen yang tidak diketahui
siapa yang memainkan harga satu komoditas hasil dari petani tersebut memberikan
dampak bagi pemenuhan kebutuhan pokok harian. Poin tersebut kembali lagi memicu
bagiamana harga menentukan bagaimana seorang masyarakat akan mengatur ulang
pemenuhan kebutuhan pokok dan sesungguhnya yang terjadi pada masyarakat
tersebut menganggap hal itu sudah biasa dan memaklumi. Kehendak mendapatkan
harga yang sesuai akan komoditas hasil pertanian dikesampingkan masyarakat atas
alasan bahwa harga ditentukan oleh pembeli dan sesungguhnya yang terjadi pada
keadaan ini masyarakat sedang ditindas oleh pembeli komoditas masyarakat.
Komentar
Posting Komentar