Teori Struktur Modal dan
Penerapannya Dalam Bisnis
Struktur Modal
|
Struktur Modal |
Menurut
J. Fred Weston dan Thomas E Copeland (1996)
mengatakan bahwa struktur modal adalah pembiayaan permanen yang terdiri dari
utang jangka panjang, saham preferen, dan modal pemegang saham.
|
J. Fred Weston |
Sedangkan
Menurut Farah Margaretha (2004), struktur modal menggambarkan pembiayaan
permanen perusahaan yang terdiri atas utang jangka panjang dan modal
sendiri. Struktur modal menjadi masalah yang penting bagi perusahaan
karena baik buruknya struktur modal akan mempunyai efek langsung terhadap
posisi finansial perusahaan. Terdapat beberapa teori menyangkut struktur modal
diantaranya adalah :
1. Teori Pendekatan Tradisional
Pendekatan Tradisional berpendapat
akan adanya struktur modal yang optimal. Artinya struktur modal memiliki
pengaruh terhadap nilai perusahaan, di mana struktur modal dapat berubah-ubah
agar bisa diperoleh nilai perusahaan yang optimal.
2.Teori Pendekatan Modigliani &
Miller
Dalam teori ini berpendapat bahwa
struktur modal tidak memengaruhi perusahaan. Selanjutnya, teori membagi
struktur modal menjadi dua, yaitu :
a. Teori MM Tanpa Pajak
Teori struktur modal modern yang
pertama adalah teori Modigliani dan Miller (teori MM). Mereka berpendapat bahwa
struktur modal tidak relevan atau tidak memengaruhi nilai perusahaan. MM
mengajukan beberapa asumsi untuk membangun teori mereka (Brigham dan Houston,
2001, p.31) yaitu :
·
Tidak terdapat agency
cost
·
Tidak ada pajak
·
Investor dapat berhutang dengan tingkat suku bunga yang sama
dengan perusahaan
·
Investor mempunyai informasi yang sama seperti manajemen
mengenai prospek perusahaan di masa depan
·
Tidak ada biaya kebangkrutan
·
Earning Before Interest and Taxes (EBIT) tidak dipengaruhi oleh
penggunaan dari hutang
·
Para investor adalah price-takers
·
Jika terjadi kebangkrutan maka aset dapat dijual pada harga
pasar (market value)
b. Teori MM dengan Pajak
Teori MM tanpa pajak dianggap tidak
realistis dan kemudian MM memasukkan faktur pajak ke dalam teorinya. Pajak
dibayarkan kepada pemerintah yang berarti merupakan aliran kas keluar. Utang
bisa digunakan untuk menghemat pajak, karena bunga bisa dipakai sebagai
pengurang pajak.
3. Teori Trade-Off dalam Struktur Modal
Menurut trade-off theory yang diungkapkan oleh Myers (2001), “Perusahaan akan berhutang sampai pada
tingkat utang tertentu, di mana penghematan pajak (tax shields) dari tambahan
utang sama dengan biaya kesulitan keuangan (financial distress)” (p.81).
Biaya kesulitan keuangan (financial
distress) adalah biaya kebangkrutan (bankruptcy costs) atau re-organization,
dan biaya keagenan (agency costs)
yang meningkat akibat dari turunnya kredibilitas suatu perusahaan.
Trade-off
theory dalam menentukan struktur modal
yang optimal memasukkan beberapa faktor antara lain pajak, biaya keagenan (agency costs) dan biaya kesulitan
keuangan (financial distress)
tetapi tetap mempertahankan asumsi efisiensi pasar dan symmetric information sebagai imbangan dan manfaat penggunaan
utang. Tingkat utang yang optimal tercapai ketika penghematan pajak (tax shields) mencapai jumlah yang
maksimal terhadap biaya kesulitan keuangan (costs of financial distress).
Trade-off
theory mempunyai implikasi bahwa manajer
akan berpikir dalam kerangka trade-off
antara penghematan pajak dan biaya kesulitan keuangan dalam penentuan struktur
modal. Perusahaan-perusahaan dengan tingkat profitabilitas yang tinggi tentu
akan berusaha mengurangi pajaknya dengan cara meningkatkan rasio hutangnya,
sehingga tambahan utang tersebut akan mengurangi pajak. Dalam kenyataannya
jarang manajer keuangan yang berpikir demikian.
Donaldson (1961) melakukan
pengamatan terhadap perilaku struktur modal perusahaan di Amerika Serikat.
Penelitian tersebut menunjukkan bahwa perusahaan-perusahaan dengan tingkat profitabilitas
yang tinggi cenderung rasio hutangnya rendah. Hal ini berlawanan dengan
pendapat trade-off theory. Trade-off theory tidak dapat
menjelaskan korelasi negatif antara tingkat profitabilitas dan rasio utang.
4. Teori Pecking Order
Teori pecking order menjelaskan mengapa perusahaan yang mempunyai
tingkat keuntungan yang lebih tinggi justru mempunyai tingkat utang yang lebih
kecil. Secara spesifik, perusahaan mempunyai urutan-urutan preferensi dalam
penggunaan dana. Skenario urutan dalam teori pecking order adalah sebagai berikut :
·
Perusahaan memilih pandangan internal. Dana internal
tersebut diperoleh dari laba (keuntungan) yang dihasilkan dari kegiatan
perusahaan.
·
Perusahaan menghitung target rasio pembayaran didasarkan
pada perkiraan kesempatan investasi.
·
Karena kebijakan dividen yang konstan, digabung dengan
fluktuasi keuntungan dan kesempatan investasi yang tidak bisa diprediksi, akan
menyebabkan aliran kas yang diterima oleh perusahaan akan lebih besar
dibandingkan dengan pengeluaran investasi pada saat saat tertentu dan akan
lebih kecil pada saat yang lain.
·
Jika pandangan eksternal diperlukan, perusahaan akan
mengeluarkan surat berharga yang paling aman terlebih dulu. Perusahaan akan
memulai dengan utang, kemudian dengan surat berharga campuran seperti obligasi
konvertibel, dan kemudian barangkali saham sebagai pilihan terakhir.
Dalam kenyataannya, terdapat
perusahaan-perusahaan yang dalam menggunakan dana untuk kebutuhan investasinya
tidak sesuai seperti skenario urutan (hirarki) yang disebutkan dalam pecking order theory. Penelitian yang
dilakukan oleh Singh dan Hamid (1992) dan Singh (1995) menyatakan bahwa “perusahaan-perusahaan di negara berkembang
lebih memilih untuk menerbitkan ekuitas daripada berhutang dalam membiayai
perusahaannya”. Hal ini berlawanan dengan pecking order theory yang menyatakan bahwa perusahaan akan
memilih untuk menerbitkan utang terlebih dahulu daripada menerbitkan saham pada
saat membutuhkan pendanaan eksternal.
5. Teori Asimetri Informasi dan
Signaling
Teori ini mengatakan bahwa dalam
pihak pihak yang berkaitan dengan perusahaan tidak mempunyai informasi yang
sama mengenai prospek dan risiko perusahaan. Pihak tertentu mempunyai informasi
yang lebih dari pihak lainnya. Teori ini terdiri dari :
a. Myers dan Majluf
Menurut teori ini ada asimetri
informasi antara manajer dengan pihak luar. Manajer mempunyai informasi yang
lebih lengkap mengenai kondisi perusahaan dibandingkan pihak luar.
b. Signaling
Mengembangkan model di mana struktur
modal (penggunaan utang) merupakan sinyal yang disampaikan oleh manajer ke
pasar. Jika manajer mempunyai keyakinan bahwa prospek perusahaan baik, dan
karenanya ingin agar saham tersebut meningkat, maka manajer akan
mengomunikasikan hal tersebut kepada investor. Manajer bisa menggunakan hutang
lebih banyak sebagai sinyal yang lebih kredibel. Karena perusahaan yang
meningkatkan hutang bisa dipandang sebagai perusahaan yang yakin dengan prospek
perusahaan di masa mendatang. Investor juga diharapkan akan menangkap sinyal
tersebut dengan pemahaman bahwa perusahaan mempunyai prospek yang baik.
6. Teori Keagenan (Agency Approach)
Menurut pendekatan ini, struktur
modal disusun untuk mengurangi konflik antar berbagai kelompok kepentingan.
Konflik antara pemegang saham dengan manajer adalah konsep free cash flow. Ada kecenderungan
manajer ingin menahan sumber daya sehingga mempunyai kontrol atas sumber daya
tersebut. Utang bisa dianggap sebagai cara untuk mengurangi konflik keagenan free cash flow. Jika perusahaan
menggunakan utang, maka manajer akan dipaksa untuk mengeluarkan kas dari
perusahaan untuk membayar bunga.
Untuk melakukan perhitungan yang
benar mengenai struktur modal, perusahaan perlu menggunakan software akuntansi online semacam Jurnal. Jurnal
merangkum semua pencatatan keuangan perusahaan Anda ke dalam sistem akuntansi
yang bisa digunakan untuk menghasilkan laporan keuangan sesuai kebutuhan
perusahaan kapan pun dan di mana pun. Dengan teknologi cloud dan sistem keamanan yang telah tersertifikasi, Jurnal akan
menjaga data keuangan Anda tetap aman tanpa takut menghadapi resiko kehilangan.
Komentar
Posting Komentar