Cara Memunculkan Ide Kreatif Anak Didik
|
Memunculkan Ide Kreatif |
Bagaimana cara memunculkan ide kreatif anak didik?
Pertanyaan di atas menunjukkan seberapa sulitnya memunculkan ide kreatif siswa saat pembelajaran, terlebih lagi poin kreatif sangat di tekankan pada kompetensi dasar pada silabus, maka yang dituntut kreatif sebenarnya bukanlah siswa saja tetapi guru sebagai pendidik juga dituntut untuk kreatif, yaitu kreatif dalam memberikan stimulus kepada siswa agar bisa mengaktifkan pikiran kreatifnya.
Pertama, kita ketahui dahulu akar permasalahan kenapa tidak bisa kreatif. Kreatif sudah kita ketahui bersama bahwa ini merupakan jalur pikiran yang kontras daripada umumnya yang mana berikir secara general karena beban pikiran yang mengacu pada lebih banyak preferensi. Seorang seni lukis mendapatkan predikat kreatif ketika yang menilainya seorang awam akan lukisan, dan menurut pelukis itu hal biasa saja karena sepanjang waktu ia berkecimpung di bidang itu, maka yang terjadi sebenarnya adalah kreatif tersebut melekat pada mereka yang lebih fokus pada satu bidang. Kembali lagi pada permasalahan kreatif, maka sebenarnya siswa tidak bisa menggunakan pikiran kreatifnya ketika mereka mendapatkan beban pikiran yang berlebihan, di satu sisi pikiran yang terfokuskan pada satu bidang memberikan probabilitas yang lebih besar dalam mengoptimalkan pikiran.
Masih di poin pertama, ketika seorang guru menuntut siswa untuk kreatif pada suatu bidang tertentu, sedangkan siswa tersebut tidak ada minat pada bidang itu maka yang terjadi sebenarnya siswa sedang kehilangan kebebasan belajar, dengan demikian untuk menuntut siswa kreatif bukanlah perkara kolektif tetapi seorang guru harus memahami peminatan siswa. Siswa SMA dengan kegemaran membaca novel akan memiliki pengaruh mendasar pada kreatifitasnya pada bidang fiksi dan kesusastraan, artinya siswa itu mampu apabila dituntut gurunya untuk kreatif pada bidang kesusastraan. Namun, siswa itu juga akan tidak mampu apabila dituntut kreatif pada bidang pelajaran seni rupa, dan sesungguhnya hal semacam ini adalah ilmu utama yang perlu dikantongi seorang guru.
Meskipun pada dasarnya mengaktifkan pikiran kreatif siswa itu susah, tapi merujuk pada kepeminatan personal siswa setidaknya guru akan tahu bahwa siswa dengan karakter seperti ini dan kebiasaan serta hobi ini memiliki kemampuan kreatif pada bidan ini pula. Dengan begitu seorang guru dapat menerapkan beberapa cara untuk mengaktifkan pikiran kreatif siswa, antara lain seperti berikut:
1. Antusiasme siswa.
Dalam aktivitas KBM, kita harus mampu mendeteksi siswa yang memiliki antusias tinggi dalam mengikuti suatu pelajaran tertentu cenderung memiliki ketertarikan pada materi pelajaran, namun antusiasme siswa ini tidak bisa direlevansikan dengan nilai (siswa yang antusias pada matpel BING maka nilainya BING bagus).
Ketika seorang siswa memiliki tingkat antusias yang tinggi pada suatu matpel, sesungguhnya siswa itu justru tidak peduli dengan baik-buruknya nilainya pada matpel tersebut, karena bagi seorang siswa yang sudah memiliki kecenderungan antusias akan menganggap hal gampang itu tidak perlu diperjuangkan seperti halnya nilai siswa tersebut. Pada naratif ini yang ingin saya jelaskan, siswa memanda nilai subtansial, pragmatisme itu lebih disukai daripada nilai yang diberikan oleh seorang guru. Dan sesungguhnya dengan cara mengetahui siswa yang antusiasme atau memiliki perilaku positif terhadap pelajaran, itu menunjukkan bahwa siswa tersebut terarah pada bidang tersebut dan tugas seorang guru memfasilitasinya untuk mengaktifkan pikiran kreatifnya.
2. Bidang Aktifitas aktif
Aktifitas siswa berdampak positif atau negatif itu tergantung siswa itu sendiri yang menentukkan termasuk aktivitas belajar bahasa Inggris. Artinya, bentuk kreatifitas apapun itu yang mengaktifkan adalah siswa sedangkan guru berubah menjadi pemberi stimulus untuk pengaktifan pikiran kreatif siswa.
Seperti halnya pikiran negatif dan positif, pikiran kreatifpun harus diberikan stimulus dengan cara yang ekpansif ide pemikiran. Dengan begitu maka siswa dapat mengikuti alur pikirannya dalam membaja suatu objek tugas dan di refleksikan dengan pikirannya sendiri. Dalam konteks ini sisw menginginkan kebebasan berpikir dan ekpresif dalam bentuk ungkapan akan tugas yang diberikan tanpa mempedulikan predikat oleh seorang guru.
3. Kebebasan Mengungkapkan Pikiran.
Ketika siswa diberikan tugas akan sesuatu, sebenarnya pikiran siswa tidak terbatas pada pembatasan-pembatasan bahasan materi tetapi siswa memiliki kecenderungan mengeksplorasi secara bebas. Dalam satu konteks akhir siswa tidak bisa mengungkapkan hasil pikirannya karena akan dianggap pelik terhadap pemikiran tersebut, tidak hanya begitu nilai etika menjadi pertimbangan bagi siswa dalam mengungkapkan pikirannya dan peran guru sebagaia pemberi nilai menjadi satu problem yang perlu dipertimbangkan siswa dalam mengungkapkan pikirannya.
Komentar
Posting Komentar